JAKARTA - Dalam era kepolisian yang menuntut intelektualitas dan kapabilitas global, nama AKBP Malvino Edward Yusticia, SH, SIK, MH, MSS menjadi salah satu contoh nyata sosok polisi profesional Indonesia dengan kualitas internasional. Lahir di Medan pada 9 Agustus 1985 dari keluarga berlatar hukum—ayahnya adalah seorang hakim tinggi di Pengadilan Tinggi Palangkaraya—Malvino tumbuh dengan nilai integritas dan disiplin tinggi sejak dini.
Kariernya di kepolisian dimulai sejak lulus dari Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 2006, tergabung dalam Detasemen 38. Tak berhenti di situ, ia terus mengembangkan diri dengan menempuh Sarjana Hukum di Universitas Jenderal Soedirman (2010), Sarjana Ilmu Kepolisian di STIK-PTIK (2013), serta Magister Hukum dan Magister Manajemen (2012). Tak tanggung-tanggung, ia pun meraih gelar Master of Strategic Studies dari Victoria University of Wellington, Selandia Baru pada 2016.
Sebagai seorang perwira yang berpikiran maju, Malvino tidak hanya aktif di ranah pendidikan formal, tetapi juga memperkaya kompetensinya lewat pelatihan internasional. Ia pernah mengikuti program investigasi di JCLEC (2007), program anti-korupsi dan siber (2008), Crime Scene Investigation di ILEA Bangkok (2010), hingga field study on detective training di Western Australia Police Academy. Ia juga menempuh pelatihan bahasa Inggris akademik di IALF Surabaya (2014), menandai pentingnya komunikasi global dalam penegakan hukum masa kini.
Capaian luar biasa Malvino adalah ketika ia menjadi salah satu perwira Polri yang lulus dari FBI National Academy di Quantico, Virginia, Amerika Serikat, bersama 253 peserta dari berbagai negara. Pengalaman tiga bulan itu ia jalani saat menjabat sebagai Kepala Unit Kejahatan Terorganisir di Bareskrim Mabes Polri.
“Betul, saya mengikuti FBI National Academy selama tiga bulan di pusat pendidikan FBI di Quantico, Virginia,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Kepercayaan internasional terhadap dirinya juga terlihat saat ia ditunjuk sebagai perwakilan Polri dalam Konferensi FBI National Academy Associates (FBINAA) Asia Pacific Chapter ke-24 yang digelar di Vietnam pada Juni 2024. Delegasi Indonesia saat itu dipimpin oleh Brigjen Pol. Mardiaz Kusin Dwiharnanto, sesama alumni FBI Academy.
Meski banyak berkecimpung di dunia pendidikan dan kerja sama internasional, Malvino tetap tangguh di lapangan. Ia mencatatkan prestasi besar dalam pengungkapan berbagai kasus narkoba internasional, mulai dari penggagalan penyelundupan sabu 1 ton jaringan Cina–Taiwan pada 2017, yang membuatnya mendapat kenaikan pangkat luar biasa (KPLB), hingga kasus sabu 800 kg di Banten dan 1,2 ton sabu di Aceh pada 2021. Ia juga mengungkap jaringan penipuan sindikat China–Taiwan dengan nilai kerugian korban mencapai ratusan miliar rupiah.
Melalui perpaduan keunggulan akademis, penguasaan lapangan, serta kredibilitas internasional, AKBP Malvino Edward Yusticia adalah cerminan polisi masa depan Indonesia—cerdas, terlatih, dan berwawasan global.